NEWS BARRU– Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Barru, Sulawesi Selatan, kini tidak hanya berfungsi sebagai tempat menunggu vonis hukum, tetapi juga menjadi ruang pembinaan yang berupaya menghadirkan sentuhan kemanusiaan bagi warganya.
Salah satu terobosan yang diapresiasi banyak pihak adalah penyediaan layanan video call gratis bagi warga binaan. Inovasi ini digagas untuk menjaga ikatan emosional antara tahanan dan keluarga mereka, meskipun sedang berada di balik jeruji.
Hak untuk Tetap Dekat dengan Keluarga
Kepala Rutan Barru, Amsar, menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen menghadirkan pelayanan yang humanis. Menurutnya, meski sedang menjalani masa hukuman, warga binaan tetap memiliki hak dasar untuk dekat dengan keluarga.
“Meski mereka sedang menjalani masa hukuman, hak untuk tetap dekat dengan keluarga harus dijaga. Karena itu, kami siapkan fasilitas video call gratis agar komunikasi tetap terjalin,” ujar Amsar, Selasa (23/9/2025).
Fasilitas ini sekaligus menjadi sarana penguatan mental dan psikologis. Banyak studi menunjukkan bahwa dukungan keluarga menjadi faktor penting dalam proses pemulihan dan reintegrasi sosial narapidana setelah keluar nanti.
Sentuhan Pembinaan Rohani dan Kesehatan
Selain komunikasi keluarga, perhatian terhadap pembinaan rohani dan kesehatan juga menjadi prioritas utama. Setiap pagi, warga binaan diwajibkan melaksanakan shalat dhuha bersama. Tak hanya itu, rutan juga menyediakan fasilitas membaca Al-Qur’an untuk memperdalam nilai spiritual.
Dari sisi kesehatan, asupan gizi bagi warga binaan dipastikan terpenuhi. Menu makanan harian diatur dengan konsep empat sehat lima sempurna, sehingga kebutuhan nutrisi tetap terjaga meskipun mereka berada dalam kondisi over kapasitas.
“Setiap hari, warga binaan mendapatkan makanan bergizi dengan konsep empat sehat lima sempurna. Ini bagian dari komitmen kami untuk menjaga kesehatan mereka,” tambah Amsar.
Baca Juga: Kecelakaan Tragis di Mallawa Minibus Tabrak Jembatan Tiga Orang Tewas
Rutan Barru masih menghadapi tantangan klasik: kelebihan penghuni. Dengan kapasitas ideal hanya 106 orang, saat ini rutan harus menampung 288 tahanan, termasuk 4 perempuan.
Meski demikian, negara tetap menanggung penuh kebutuhan makan dan minum mereka. Amsar mengakui, kondisi ini memang tidak mudah, tetapi pihaknya berusaha keras agar layanan dan pembinaan tetap berjalan maksimal.
“Over kapasitas memang menjadi tantangan, tetapi kami berusaha agar semua layanan, baik kesehatan, spiritual, maupun pembinaan tetap berjalan sebagaimana mestinya,” tegasnya.
Rutan Sebagai Ruang Pembelajaran Hidup
Bagi Amsar, rutan tidak boleh hanya dipandang sebagai tempat menahan para pelanggar hukum. Lebih dari itu, rutan harus berfungsi sebagai ruang pembelajaran hidup bagi warga binaan.
“Kami ingin mereka keluar nanti dengan bekal iman, keterampilan, dan kesehatan yang lebih baik. Harapannya, mereka bisa kembali ke masyarakat sebagai pribadi yang lebih siap dan bertanggung jawab,” pungkasnya.